Tepat pada sore hari, Kamis, (17/11/2022) di Tugu Alun-Alun Kota Jember dilaksanakan acara rutinan Kamisan. Acara yang digelar oleh kolektifan Amnesti, pihak LPM-LPM se-DK Jember ini telah berjalan sebanyak 9 kali dan dilakukan setiap 2 minggu sekali pada hari Kamis sore. Sebelumnya, acara Kamisan yang ada di Jember sempat vakum selama beberapa tahun dan baru-baru ini dibentuk kembali oleh kolektifan sekelompok orang dari pers tersebut.

Salah satu orator, Diki Anggar, mengatakan bahwa aksi kamisan merupakan aksi yang dikhususkan sebagai aksi yang menyuarakan isu-isu HAM dan sebagai bentuk simpati dan empati terhadap korban pelanggaran HAM yang dulunya terjadi di tahun 90-an. “Aksi kamisan itu terkait dengan kita bentuk simpati dan empati kepada korban-korban yang tahun 90-an mereka hilang dan sampai sekarang mereka belum ditemukan,” terangnya. Namun seiring berjalannya waktu, acara ini merambah untuk membahas isu HAM yang sedang terjadi.

Menurut sejarah singkatnya, acara Kamisan terinspirasi oleh acara yang dilakukan oleh warga Mexico terkait dengan keluarganya yang hilang, kemudian menemui pihak PBB. Di Indonesia, Kamisan dilakukan setiap hari Kamis yang berpusat di Jakarta dan biasa digelar di Istana Negara dimana sudah dilaksanakan lebih dari 700 kali. Tidak ada alasan khusus mengapa acara ini dilakukan di hari kamis, tetapi secara kasarnya acara ini diawali untuk melakukan doa di setiap hari Kamis malam dan sudah merupakan kesepakatan dari pihak pusat sejak jaman dahulu.

Sekjen PPMI DK Jember, Titania Elsa, mengatakan bahwa acara Kamisan sendiri biasanya diisi oleh hal-hal yang bersifat kesenian seperti orasi-orasi, puisi, stand up comedy, dan tetrikal. “Tidak jauh-jauh dari hal-hal kesenian seperti itu,” tambahnya.

Acara ini dapat dihadiri oleh siapapun karena bersifat terbuka untuk khalayak umum dan tidak membatasi dari delegasi manapun. Namun demikian, sejauh ini yang menghadiri acara tersebut kebanyakan hanya dari golongan mahasiswa dan Lembaga Pers yang ada di wilayah Jember. “Kebanyakan dari mahasiswa, mahasiswa UNEJ utamanya. Ada beberapa juga kemarin yang dari UIN, tapi kebanyakan dari UNEJ,” terang Inaya selaku Pemimpin Umum LPM Prima FISIP UNEJ.

Dalam menghadiri acara ini, partisipan menggunakan atribut serba hitam mulai dari pakaian hingga payung dan bendera hitamnya. Pemakaian atribut serba hitam memiliki maksud tersendiri sebagai bentuk solidaritas.

Terkait pelaksanaan acara Kamisan, sejauh ini berjalan aman dan lancar tidak terkendala ricuh atau lainnya. Hal ini dikarenakan pihak-pihak penyelenggara acara sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti kepolisian. Selain itu, seluruh peserta yang menghadiri baik pihak penyelenggara ataupun masyarakat sudah berkomitmen damai, jadi tidak menimbulkan masalah. Dapat dikatakan bahwa terselenggaranya acara Kamisan merupakan bentuk pengingat  masyarakat mengenai isu-isu HAM yang belum tuntas di negara ini.

 

Penulis dan Reporter : Anindya Dyah Ayu J. dan Kemas Almas Muhammad