Surat untuk Juli-ku.
Selamat pagi Juli.
Nampaknya tahun ini enggan berlama lama menikmati hujan gerimis di sore hari. Juli datang dengan janji kemarau yang kian hari kian usang. Begitupun manusia-manusia serakah semakin merekah.
Ambisi untuk hidup makmur dan bahagia diatas kuasa menjadi harapan tua nanti, lupa bahwa bumi tak lagi subur.
Sama halnya denganku, yang sedang memutar ulang memori, menikmati masa kecil di umur yang sudah semakin uzur.
Juli-ku, mengenang bagaimana aku berusaha sepenuh hati, menitikkan keringat dan mengasah ambisi hanya agar kau bisa makan nasi. Setelah kau tumbuh dewasa aku tidak ingin membebani apalagi dikasihani, namun juga tidak diabaikan seperti ini!
Nak, aku tak pernah membencimu. Tak pernah minta balasan apapun atas cuilan kuku yang terkelupas karna panasnya aspal. Atas terbakarnya kulit karna terik surya tengah hari. Doaku untukmu, semoga kau lebih baik dari diriku.
Merangkai masa muda yang penuh kenangan dan hari tua dengan kasih sayang.
Ah, satu lagi hampir terlupakan, ingatkan anakmu bahwa orangtuanya terdidik dan besar dari orang sepertiku. []
Fotografer : Rifqoh Anggarani Mulyana
Camera : Nikon D3100
Focal length : 160.0 mm
White balance : manual
Aperture : 1/7.1
Exposure time : 1/160
Iso : 3200