Fasilitas publik yang tersedia di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (UJ) menuai banyak keluhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah disebar sebelum  dilaksanakannya acara Kajian Bersama FTP UJ 2019 pada Jumat (22/11). Hasil kuesioner menunjukkan bahwa salah satu keresahan paling utama yang dirasakan mahasiswa yaitu mengenai fasilitas perkuliahan yang kurang memadai serta pengelolaan sampah yang masih tidak jelas.

Terkait dengan fasilitas perkuliahan yang dirasa kurang memadai, Herlina selaku Wakil Dekan II FTP UJ menyatakan bahwa sudah dianggarkan untuk dilakukan perbaikan terkait hal tersebu. Namun sayangnya memang belum dilakukan eksekusi. “Untuk ruang kuliah 13 sudah dianggarkan akan diperbaiki, namun belum di eksekusi,” ungkapnya. Sedangkan untuk ruang kelas yang dirasa panas dan pengap karena kurangnya fasilitas air conditioner (AC), pihak dekanat sudah mengajukan 14 buah AC kepada pihak rektorat. Namun hanya 9 buah yang telah mendapat accepted (Acc). “Untuk yang lainnya tunggu ya, karena hanya ada 9 yang sudah di Acc.” Ujar Herlina. Sedangkan untuk pengadaan barang, menurut Herlina akan dilakukan pergantian per bulan April 2020. Lebih lanjut mengenai kebersihan lingkungan dan parkiran, akan dilakukan penanganan secara periodik. “Terkait kebersihan dan parkiran, Pak Nur Kasubag Umum dan Perlengkapan yang akan turun tangan.” Namun, dirinya juga berharap seluruh masyarakat FTP juga turut membantu mejaga kebersihan dan merawat semua fasilitas yang disediakan. Herlina juga menyampaikan untuk segala bentuk komplain yang dialami bisa disampaikan, pihaknya akan secepat mungkin menangani hal tersebut. “Segala komplain silahkan disampaikan, secepat mungkin akan ditangani.” Pungkasnya.

Siswoyo Soekarno selaku Dekan juga menambahkan, penanganan mengenai ruang kuliah 13 yang belum dieksekusi akan langsung dieksekusi sehari setelah dilaksanakannya Kajian Bersama FTP Unej 2019 ini (23/11) “Untuk ruang kuliah 13 besok akan langsung di cek agar segera ditangani.” Ujar Siswoyo. Sekat yang terdapat di ruangan tersebut juga ia katakan akan segera diperbaiki.

Selain fasilitas perkuliahan yang kurang memadai, pengelolaan sampah di FTP juga masih tidak jelas. Menurut press release Kajian Bersama FTP Unej 2019, masih tidak ada sampah center yang seharusnya dijadikan pembuangan akhir pada masing-masing sudut tong sampah yang telah disediakan. Sehingga ketika sampah sudah penuh tidak perlu dilakukan pembakaran sendiri, melainkan dibawa ke pusat pembuangan sampah FTP. Karena pada kenyataannya pusat pembuangan sampah FTP masih kurang jelas. Penanganannya juga dilakukan dengan cara dibakar. Dalam press release juga disampaikan bahwa Jajaran dekanat yang sekarang menjadi stakeholder harus berkomitmen semaksimal mungkin memenuhi fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa sebagai pemakai fasilitas juga harus menjaga betul fasilitas yang diberikan. Sehingga jalannya roda koordinasi di FTP dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Nur selaku Kasubag Umum dan Perlengkapan, permasalahan mengenai sampah ini sudah dikonsultasikan dengan pihak dekanat. Namun, kondisi sampah yang ada di FTP sudah cukup ekstrim sehingga diperlukan penanganan khusus. “Saat saya pertama masuk disini itu merasa sampahnya sudah cukup ekstrim, harus segera ditangani.” Ujarnya. Nur menyatakan telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Untuk penanganan sampah organik telah dibuatkan lubang pembuangan yang kemudian akan dilakukan pengolahan sampah menjadi kompos. “Sudah dibuatkan 3 lubang pembuangan untuk sampah organik,” ungkapnya. Untuk penanganan lebih lanjut, ia menyatakan pihaknya akan bekerjasama dengan Agrotechnopark. Namun, masih terdapat terkendala pada distribusinya. “Akan bekerjasama dengan Agrotechnopark namun terkendala distribusi kesananya.” Ungkapnya. Sedangkan untuk sampah anorganik saat ini memang penanganannya masih dengan cara dibakar karena keadaan sampah FTP yang ekstrim. Namun, pihaknya secepat mungkin akan menyelesaikan permasalahan sampah ini. “Sekali lagi ditegaskan kepada seluruh masyarakat FTP agar kesadaranya terhadap menjaga kebersihan terus ditingkatkan.” Ujarnya.

Zafira Rossa Ramadani, Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian 2018 merasa bahwa pembahasan mengenai fasilitas publik di Kajian Bersama ini kurang maksimal karena waktunya yang terbatas. Sehingga banyak sarana lain yang masih luput dalam pembahasan. Seperti jalur keluar masuk yang minim pencahayaan saat malam hari, kamar mandi dengan closet kotor serta shower yang kurang maksimal, makara yang tidak ada penerangan, kursi perkuliahan yang tidak terpakai namun masih saja disimpan di dalam kelas.”Masih banyak yang belum terbahas karena waktunya tadi juga terbatas pas bahas ini.” Ungkapnya. Terkait penanganan sampah di FTP, Rossa juga merasa bahwa tidak ada penyampaian solusi lebih lanjut dari pihak dekanat mengenai sampah anorganik. “Tidak mungkin dibakar terus menerus, kita ini di FTP sampahnya malah dibakar. Ilmunya itu kemana?” Ujar Rossa. Menanggapi pernyataan Herlina mengenai segala bentuk komplain yang dialami mahasiswa untuk bisa disampaikan, agar pihaknya akan secepat mungkin bisa menangani hal tersebut. Menurut rosa dibutuhkan saran untuk menyampaikan keluhan itu. Bisa dalam bentuk kotak saran atau dilakukan pengecekan berkala pada tiap ruangan yang ada di FTP. “Kita kan gak punya jalur langsung buat lapor ke Ibu Herlina”. Pungkas Rossa. []