Jember– Puluhan mahasiswa bertopeng memadati halaman kantor dekanat Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (Unej). Mereka berkumpul untuk memperingati hari sumpah pemuda yang jatuh pada hari ini 28 Oktober. Aksi tersebut dimulai pukul 07.30 dengan pembacaan ikrar sumpah pemuda dan diikuti seluruh elemen mahasiswa FTP Unej. 

 
Setelah pembacaan ikrar, peserta bersama-sama menyanyikan lagu wajib nasional diantaranya Indonesia Raya, Garuda Pancasila dan Padamu Negeri. Disusul kemudian aksi teatrikal tari topeng kontemporer, pembacaan puisi Sajak Muda karya Rendra dan musikalisasi puisi Tanah Air Mata. Sembari penampilan tari dan puisi, peserta menuliskan aspirasi di kain putih sepanjang 10 meter. “Momen ini adalah momen pembangkitan, penyadaran pemuda utamanya mahasiswa. Pentingnya pemuda sebagai penerus harapan bangsa”, ungkap Arif salah satu peserta aksi. Seperti kutipan presiden RI yang pertama, Soekarno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
 
Mahasiswa saat ini diibaratkan masih hidup di belakang topeng mereka masing- masing kata Anang. Dia menambahkan,“Saya sadari topeng meraka senyum semua tapi kita tidak tahu bahwa yang memakai topeng itu sendiri wajah aslinya entah senyum, cemberut atau menangis kita tidak tahu.” Setelah penulisan aspirasi, mahasiswa bersama-sama melepaskan topeng sebagai simbolisasi sadarnya mahasiswa dan berani bersuara. Menurut Anang, korlap aksi tersebut melepas topeng secara simbolik diartikan bahwa kalau mahasiswaa sudah melepas topeng yang menjadi penghalang. “Penghalang kita selama ini akan kita buang otomatis mulai detik ini kita harus menjadi siapa diri kita sebenarnya”, terangnya. Anang menginginkan perubahan yang mendasar terhadap mahasiswa FTP khususnya yang selama ini adem ayem di fakultas, tutupnya.
 
Saat ditemui di ruangannya, Yuli Witono selaku dekan menyambut dengan positif aksi peringatan sumpah pemuda. Menurutnya, “Saya senang dengan adanya acara ini, itu berarti tidak pengecut. Kita harusnya sampaikan dengan argumentasi”. Sempat sedikit mereview kembali tentang pencetusan sumpah pemuda dengan daya juang yang tinggi dengan karakter yang sangat kuat. Karakter nasionalismenya, cinta tanah air, bangsa dan bahasa. Yuli juga menambahkan bahwa mahasiswa seharusnya sebagai agent of change namun akhir – akhir ini menjadi change of agent. Jadi mereka itu follower perubahan yaitu mengikuti perubahan jaman atau tren jaman yang sebagian besar tidak sesuai dengan kebutuhan mereka kedepan. Maka dari itu dibutuhkan orang orang yang dapat berpikir kritis. “Mahasiswa harus kritis dan berkarakter. Kritis tanpa berkarakter artinya tidak punya roh”, imbuhnya. 
 
Aksi tersebut ditutup dengan pelepasan balon dilakukan oleh presiden BEM dan perwakilan peserta aksi. Diartikan sebagai semangat, aspirasi bisa terbang kemanapun angin membawanya dan tidak menutup kemungkinan akan suskses.“ Esensi dan semangat dari sumpah pemuda semoga bisa tertanam kuat dalam diri individu dan bisa ditularkan. Tidak hanya saat momen-momen tertentu saja”, kata Joko peserta aksi yang ditemui saat akhir aksi. Dia menambahkan untuk selanjutnya tidak hanya mahasiswa yang berperan namun pihak dekanat juga bisa ikut andil. Aksi tersebut berakhir sekitar pukul 10.00 dan berlangsung dengan damai tanpa ada kekerasan dan anarkis.[fly]