Judul Film : Eksil
Sutradara : Lola Amaria
Produser : Lola Amaria
Tanggal Rilis : 27 November 2022
Durasi : 119 menit
Produksi : Lola Amaria Production
Bagaimana rasanya rindu yang terbendung berdekade-dekade tidak dapat dihantarkan dalam bentuk paling sederhana sekalipun karena bisa membahayakan mereka yang kamu sayang? Bagaimana rasanya cinta tulus pada negara justru diharamkan oleh mereka?
Eksil (2022) sukses mengkurasi perasaan-perasan tersebut dalam tayangan berdurasi hampir dua jam dengan membeberkan fakta-fakta yang banyak ditutupi dari publik sebelumnya. Film ini dibuka dengan kutipan puisi dari salah seorang eksil, mendiang Chalik Hamid, yang berhasil menyedot habis oksigen dalam tiap jengkal paru-paru, menyisakan sesak yang lekat sampai layar menggelap.
“Kuburan kami ada dimana-mana, kuburan kami berserakan dimana-mana, di berbagai negeri, di berbagai benua”
Bait ini mewakili para eksil yang tersebar dari Uni Soviet, Belanda, Ceko-Slovakia, Swedia, Jerman, hingga China. Mereka terjebak selama lebih dari 30 tahun di sana, tanpa kewarganegaraan. Para eksil tersebut merupakan mahasiswa yang diberangkatkan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, pada tahun 1960-an. Mereka menuntut ilmu dengan harapan akan membawanya pulang dan membangun Indonesia. Sayangnya, peristiwa G30S meletus dan menjadi titik balik dari kehidupan mereka.
Naiknya Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno, membuka gerbang Orde Baru sekaligus menutup jalan pulang para eksil ke Indonesia melalui kelahiran TAP MPRS 25/66. Sebenarnya mudah bagi mereka untuk mengklaim kewarganegaraan negara yang saat itu mereka tempati dan melanjutkan hidup di sana, namun cinta mereka ada di Indonesia. Mereka berpegang pada secercah harapan untuk mereka pulang dan menyatakan bahwa mereka adalah warga Indonesia dengan lantang.
Alm. Chalik Hamid. Alm. Sardijo Mintardjo, Alm. Asahan Aidit, Alm. Kuslan Budiman, I Gede Arka, Hartoni Ubes, dan Waruno Mahdi merupakan perwakilan dari trauma serta kesedihan para eksil lainnya. Ada yang tidak bisa menengok istri dan bayinya yang mendekam di balik bui, dideportasi dengan dalih yang tidak jelas, diusir kerabat sendiri hingga diintimidasi oleh angkatan bersenjata saat menjejakkan kaki di tanah air.
Para eksil menarasikan sendiri perasaan mereka terhadap tragedi yang mereka alami dengan sejujur-jujurnya, linear dengan fakta yang ada. Sebagaimana pepatah bilang bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan, maka kejujuran juga sama. Ia akan selalu punya cara untuk sampai pada hati manusia dan membukanya. Lola Amaria, selaku sutradara sekaligus produser film Eksil menyatakan harapan tersebut dapat membuka pandangan masyarakat Indonesia terhadap sejarah melalui mereka yang diasingkan oleh negara.
Film ini adalah hidangan yang wajib disantap bagi para kawula muda baik yang masih meraba maupun yang sudah teguh keyakinannya pada Indonesia. Selain duka dan sesak atas diskriminasi yang ditayangkan pada layar lebar, rasa khawatir dan cemas atas kediktatoran yang merenggut hak asasi manusia tersebut muncul menyelimuti langkah kaki saat meninggalkan teater. Eksil hadir menemani atas nama ilmu pengetahuan, untuk teman-teman yang ingin dan akan selalu berjalan bersisian dengan perjuangan.
Penulis: Diva Duatri
sumber gambar: Instagram @lola.amaria