Judul Buku: Mantra Lilith: Dongeng Sebelum Tidur untuk Perempuan yang Sudah Datang Bulan.

Penulis: Hendri Yulius

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Tebal Halaman: 244 Halaman

Tuhan menciptakan dua makhluk dengan bentuk raga berbeda. Yang satu berdada rata dengan sekerat daging menggumpal di ujung tubuhnya. Sedangkan satu lagi,  berdada busung dengan sumur di tengah tubuhnya. Jenis makhluk satu ini memiliki nama perempuan. Novel ini berisi 14 cerpen yang semuanya mengisahkan kekuatan seorang perempuan. Bagaimana seorang perempuan melakukan segala hal untuk memenuhi keinginannya. Sekalipun diluar batas normalnya.

Lilith, sebagai sosok perempuan menjadi tokoh yang akan selalu hadir dalam setiap bagian cerita sekalipun bukan sebagai tokoh utama. Kisah ini bermula saat Tuhan menciptakan dua makhluk berbeda sebagai laki-laki dan perempuan –Adam dan Lilith. Mereka berdua diciptakan Tuhan dengan kondisi fisik berbeda seakan harus saling melengkapi. Hal ini yang membuat Adam ingin merasuki tubuh Lilith. Namun Lilith enggan memenuhi keinginan Adam. Ia menolak tubuhnya diperbudak dan disanggamai oleh Adam. Lantas dia pergi meninggalkan Adam jauh ke sudut antah berantah bersama setan-setan yang merajut kelam. Adam yang tak bisa menerima kenyataan memanggil-manggil Tuhan meminta Lilith kembali. Namun yang diminta sudah terlanjur murka sebab dari bisikian teman setannya Lilith mengetahui bahwa seorang perempuan baru telah disiapkan Tuhan untuk Adam –Tuhan menamainya Hawa.

Kemurkaan Lilith membuatnya menjelma menjadi seorang ular beludak yang menggoda Hawa untuk mencicipi  buah terlarang dari pohon khuldi di Taman Eden. Hawa pun tergoda untuk mencecapnya dan membaginya dengan lelakinya yang langsung mengunyahnya rakus. Saat itulah mereka untuk pertama kalinya malu dengan ketelanjangan mereka dan membuat Tuhan murka penuh angkara. Tuhan melemparkan mereka ke atas dunia laknat dan keparat. Lilith bercinta dengan kegelapan dan melahirkan anak-anak iblis yang berkelasatan keseluruh penjuru dunia untuk memerangi keturunan Adam. Dia hidup dari satu cerita ke cerita lainnya dalam buku ini.

Cerita pertama mengisahkan tiga makhluk Tuhan yang mengaku sebagai perempuan sebab mereka memiliki vagina. Namun masing-masing mereka memiliki kepercayaan yang berbeda. Salah satu dari mereka percaya bahwa kenikmatan tidak perlu ia bagi dengan laki-laki. Ia menjelma sebagai Hawa yang egois. Perempuan kedua percaya bahwa perempuan terlahir sebagai seorang penggoda seperti Hawa menggoda Adam untuk memakan buah Khuldi. Kepercayaannya ini membuatnya menjadi sosok Maria yang memiliki seorang bayi tanpa bapak. Ia menamai bayinya sebagai Yesus. Tanpa Kristus. Sedangkan perempuan terakhir percaya bahwa perempuan dicipta dari rusuk lelaki. Maka sifatnya akan selalu bengkok. Karena itu, dia membutuhkan lekaki yang akan membuatnya berdiri lurus. Selama hidupnya ia dibuat jatuh cinta oleh seorang laki-laki. Mereka bercinta dan menikmatinya dihadapan ayah perempuan itu. Tiga perempuan ini bangkit dari kursinya. Membungkukkan diri, salam perpisahan bagi pengunjung. Diketahui bahwa sutradara dari pertunjukan ini adalah Lilith yang selalu kemana mana membawa ular bergelayut diatas pundaknya. Para hadirin bertepuk tangan menyambut sang sutradara diatas panggung.

Cerita-cerita selanjutnya mengisahkan berbagai sifat perempuan yang dikutuk oleh Lilith dengan mantranya. Kemurkaan Lilith ia tunjukkan dengan merasuki sebagian jiwa perempuan perempuan dalam beberapa cerita. Mulai kemurkaan perempuan yang dikenal cantik dan memiliki rambut indah. Karena sebuah penyakit ia harus rela kehilangan rambut indahnya. Lantas dengan mantra Lilith ia mengambil rambut orang lain, menguliti kepalanya dan memakainya diatas kepala sebagai rambut barunya. Selanjutnya ada kisah seorang kalongwewe yang amat sangat mencintai anaknya. Perempuan ini menjadi kalongwewe karena saat hendak melahirkan anakanya dia tak sempat menyelamatkan hidupnya sendiri. Dia tak sempat merawat anak bayinya sebagai soerang ibu. Hal  ini membuatnya berkelana ke penjuru negeri mencari anak anak yang ingin ia susui dengan teteknya yang terjulur panjang. Suatu malam ia mengambil anak kandungnya dari balik rumah, membawanya ke hutan, lalu membunuhnya. Agar ia bisa menjaga anaknya selau dalam dekapannya. Hingga terdapat kisah-kisah perempuan yang terkutuk seperti kisah seorang ibu yang rela menjadi monyet demi memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Dia datang kesebuah gua, meminta kepada setan agar rejekinya tak putus. Setan memenuhi keinginnya dengan syarat dia harus menjadi monyet peliharaan setan. Di kala tertentu, anak-anaknya mengunjungi gua untuk bertemu ibunya. Memberinya kacang untuk makan dan sekedar melepas rindu yang tak tertahankan.

Diantara keseluruhan cerita, juga terselip legenda rakyat yang diplesetkan sehingga menjadi kisah kisah perempuan yang selau tertimpa nasib buruk karena mantra Lilith. Seperti kisah seorang perempuan bertubuh mungil yang dikenal sebagai timun mas. Dikisahkan sepasang suami istri memuja setan agar dikaruniai buah hati. Suatu hari, setan rupanya mengabulkan permintaan mereka. Setelah mendapat mimpi, sebelum hari terang ibu pergi ke ladang mencari buah timun berukuran tak lazim. Tanpa pikir panjang, golok bermata runcing menembus kulit buah itu. Hingga diketahui bahwa didalam buah itu terdapat seorang bayi berukuran mungil dan tak lazim yang tengah mengais terseduh-seduh. Mereka menamainya timun mas. Sebab selain ia lahir dari dalam menitmun, sepasang suami istri ini berharap sang bayi mampu memberikan mereka emas berlimpah. Namun kenyataan tak berpihak pada pasangan tersebut. Semakin bertambah umur, timun mas yang memiliki tubuh mungil tak bisa membuat kedua orang tuanya kaya. Sebab siapa lelaki kaya yang mau meminang perempuan bertubuh mungil yang tak sedikit pun enak untuk disenggamai. Ketika berita tentang sirkus pasar malam tersiar hingga ke kampung, sepasang suami istri ini mulai sedikit bahagia. Sebab mereka telah mengtahui cara menjadikan timun mas sebagai sumber uang. Akhirnya mereka membawa timun mas ke tempat sirkus dan menjualnya pada tuan pemilik sirkus. Selama pertunjukkan sirkus, timun mas dimasukkan ke dalam botol dan menghibur setiap pengunjung dengan keunikan tubuh yang ia miliki. Suatu waktu timun mas jatuh cinta pada salah satu pria dari negara empat musim yang tak sengaja ia lihat dari balik bukit. Timun mas berkeinginan untuk menjadi pelepas hasrat pria tersebut. Sebab selama menjadi sirkus timun mas telah merelakan tubuhnya masuk dalam celana tuan sirkus yang menyukai selangkangannya dipermainkan oleh timun mas. Maka timun mas berpikir bahwa pria negeri empat musim pun juga pasti akan menyukainya bila selangkangannya ia permainkan. Keinginan ini juga sebagai salah satu usaha timun mas untuk terbebas dari perbudakan orang tua dan tuan sirkus. Rupanya Tuhan memberinya jalan. Kini ia telah terbebas dari orang tuanya dan hidup bahagia bersama pria negeri empat musimnya.

Bagian akhir buku terdapat epilog yang akan membuat pembaca ketakutan secara sempurna. Hendri Yulius sebagai penulis cerita didalamnya berhasil merangkai kata-kata yang mampu merubah imajinasi pembaca seakan menjadi nyata. Terlebih mampu memberikan pengaruh kepada pembaca perempuan untuk tak selalu pasrah terhadap kodrat sebagai perempuan baik-baik.

“kau, anak perempuan, dibalik pulasan bedakmu, juga rambut yang selalu tertata rapi, memendam semua naluri yang telah lama kau matikan. Kau sengaja membunuhnya untuk menjadi perempuan baik-baik…

… Kini saat kau mengamati refleksimu di cermin, kuingin kau mulai kembali membongkar makam nalurimu. Kuingin kau membebaskan semua nafsu, hasrat, juga keinginanmu –yang karena dianggap najis, kau tanam dalam-dalam.

… Lihatlah dalam-dalam bola matamu. Jujurlah pada dirimu sendiri, juga pada hasratmu yang selama ini terpendam. Maka disanalah, kau akan temukan dirimu –sang Lilith” []