Persma dan Media Alternatif *
Kedekatan dengan komunitas
Persma menjadi salah satu elemen pemuda dengan sejarah yang sangat panjang. Sandangan kata ‘mahasiswa’ sebenarnya mampu memberikan akses yang sangat luas terhadap persma. Dua hal tersebut menjadi modal lain dalam ruang-ruang pergerakan persma. Apalagi sekarang setiap wacana kejurnalistikan sudah mulai dipahami sebagai sebuah kebutuhan dari setiap lembaga.Sering kali persma mendapatkan tawaran kerja sama dari berbagai elemen organisasi pemuda ataupun komunitas-komunitas lain. Dalam ruang lingkup unit kegiatan mahasiswa (UKM) misalnya. Persma selalu mengapresiasi kegiatan-kegiatan UKM. Persma pun menjadi mitra yang paling menguntungkan karena proses peliputan agenda kegiatan UKM dapat terekspos dan terdokumentasi.Persma juga dekat dengan segala macam wacana. Entah itu sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan, HAM, kesehatan, pertanian, semuanya hal yang berbau antroposentris. Apalagi acara-acara yang syarat dengan diskusi, pasti persma akan selalu hadir. Basis organisasi intelektual ini selalu mendapatkan asupan energi berupa support penuh dari setiap elemen-elemen tersebut.
Persma sebagai media propaganda paling efektif untuk menggerakkan komunitas-komunitas kepemudaan
Pembawaan persma yang bisa dekat dengan siapa saja ini, bisa menjadi tempat untuk menghimpun kekuatan komunitas dan organisasi kepemudaan. Bahkan persma bisa menguatkan fondasi wacana intelektualitas dari setiap wacana yang dilemparkan oleh setiap komunitas tersebut.
Bentuk-bentuk apresiasi, dan kedalaman reportase persma secara tidak langsung akan memacu komunitas lain yang bermitra dengan persma juga ikut mengasah diri. Mitra yang saling menguntungkan ini akan semakin memacu di masing-masing sisi.
Berkaitan dengan perjuangan dalam membela masyarakat yang tertindas, persma berupaya untuk terus menerus menganalisis kondisi sosial kemasyarakatan. Kepekaan dan kekeritisan, serta upaya dalam mengambil dukungan dari komunitas merupakan gabungan antara media dan pergerakan.
Kemampuan meloby dan mencari dukungan dari organisasi kepemudaan lain, hingga akhirnya menjadi sorotan banyak media, bisa dijadikan pilihan perjuangan persma. Tapi bukan berarti persma hanya terfokus pada propaganda saja. Keakuratan analisa, pemahaman wacana, kedalaman investigasi tentu menjadi hal yang paling utama. Karena propaganda tanpa adanya realita sama saja dengan provokatif.
Pendidikan kejurnalistikan harus tuntas. Karena modal utama itu merupakan modal utama persma. Selain itu kode etik pers harus tetap dijunjung. Persma harus menghilangkan stigma yang telah beredar bahwa setiap pergerakan mahasiswa selalu reaksionis.
Stigma itu telah beredar tatkala sering kali ada aksi mahasiswa dalam demontrasi terjadi bentrok. Persma berpotensi menekan itu. Data-data hasil reportase persma bisa dijadikan rujukan oleh organisasi pergerakan. Sehingga, ketika suatu organisasi pergerakan dalam mengadvokasi sebuah isu, bukan lagi lewat jalur aksi pergerakan. Akan tetapi bisa langsung melalui jalur litigasi.
Menjadi media alternatif
Tinggal bagaimana caranya persma mampu mengkonstruksi semua modal tersebut menjadi formula media alternatif. Media alternatif masyarakat dari media mainstream. Media alternatif mahasiswa dari sebuah bentuk perjuangan. Media alternatif dalam menyatukan pemuda. Media alternatif dalam pendidikan mahasiswa. Media alternatif bukan mengacu pada bentuk, akan tetapi pada alternatif fungsi media pers mahasiswa.